Makna Sebuah Cita-cita
الحمد
لله ربِّ العالمين والْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقين ولا عُدْوانَ إلَّا عَلى الظَّالمِيْنَ
والصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى حَبِيْبِنا وشَفِيْعِنَا مُحمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسَلِيْنَ
وَإِمَامِ المُهْتَدِيْنَ وقائِدِ المُجَاهِدِينَ وعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ,
اَمَّابَعْدُ
Alhamdulillah, kita bersyukur ke khadirat Allah SWT. yang
mana atas rahmat dan izin-Nya jualah, sehingga dapatlah pada hari ini, kembali
kita bersama-sama bertemu di tempat yang mulia
ini. Shalawat dan salam mari ama-sama kita sanjung sajikan kepada junjungan
alam baginda Muhammad rasulillah SAW, keluarga dan sahabat beliau sekalian.
Hidup ini tak ubahnya laksana sebuah bahtera yang tengah berlayar
di samudera luas. Bilamana cuaca baik dan laut dalam keadaan tenang, maka
berlayar merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Tetapi sebaliknya,
bilamana cuaca jelek, angin bertiup kencang, badai mengamuk dan menerjang, maka
berlayar merupakan sesuatu yang sangat menakutkan. Begitulah gambaran hidup
ini, terkadang menyenangkan terkadang pula menyedihkan. Selama kita hidup di
dunia ini, banyak sekali persoalan-persolanan yang kita alami dan rasakan.
Semakin banyak berjalan, semakin banyak yang dilihat. Semakin panjang usia, semakin
banyak yang dirasa. Begitulah hidup ini, ibarat sebuah roda. Selama kita masih
hidup, roda itu terus berputar. Kadang-kadang kita berada di atas, terkadang
pula kita berada di bawah. Jika suatu waktu kita berada di atas atau pada
posisi yang menyenangkan, maka hendaklah kita bersyukur kepada Allah SWT. dan
janganlah sekali-kali meremehkan orang lain yang kebetulan berada di bawah.
Sebaliknya, jika suatu waktu kita berada di bawah atau pada posisi yang tidak
menyenangkan, maka hendaklah kita bersabar serta rela menerima takdir Allah
SWT. Karena kita hidup di dunia ini tidak ada yang kekal abadi. Semuanya silih
berganti, seperti silih bergantinya siang dan malam. Tak ada kebahagiaan abadi,
kecuali di Surga. Dan tak ada kesengsaraanabadi,
kecuali di neraka. Kita tidak boleh iri apalagi dengki kepada saudara-saudara
kita yang kebetulan berada di atas. Namun, hendaklah kita selalu berusaha
semaksimal mungkin untuk bangkit mendaki menuju cita-cita yang kita inginkan.
Selama kita masih mau berusaha, insyaAllah jalan selalu terbuka buat kita.
Bukankah pepatah telah mengatakan,“Banyak jalan menuju Roma. Dimana ada kemauan,
di situ ada jalan”. Allah SWT berfirman:
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan. Sesungguhnya dibalik
kesulitan itu terdapat kemudahan” (QS. An-Insyirah ayat 5 dan 6).
Saudara-saudariku yang dirahmati Allah
Manusia diciptakan Allah SWT agar ia banyak berbuat
untuk kehidupannya. Dan berbuat untuk kehidupan diperlukan perencanaan yang
matang serta cita-cita yang luhur. Tanpa itu semua, maka boleh jadi suatu
kehidupan akan menjadi kacau, tak tentu arah, bak sebuah perahu
yang berlayar tanpa kemudi, terombang ambing dihempas badai dan
gelombang. Hidup ini laksana mengarungi lautan lepas tak bertepi. Suatu pantai
yang akan kita tuju, sebagai refleksi dari citacita kita, nampaknya masih jauh
dan belum kelihatan. Apakah kita dapat menggapai tujuan yang kita cita-citakan,
ataukah mungkin kandas di tengah lautan, karam diterjang ombak dan gelombang,
atau hilir mudik ke sana ke mari tak mencapai pulau harapan. Entahlah, yang
jelas kita harus punya tujuan dan cita-cita yang diiringi dengan usaha doa dan
tawakkal. Tercapai atau tidak, itu bukan urusan kita. Allah firman dalam Al-Qur an:
اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّ يُغَيِّرُوا مَا
بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sebelum
mereka merubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’du ayat 11).
Kemudian diperkuat oleh sabda Rasulullah SAW. :
اِنَّمَا الْاَعْمَلُ بِا النِّيَاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِ إِمْرِئٍ مَّا
نَوَى
“Sesungguhnya
segala pekerjaan itu tergantung akan niatnya, dan hasil yang akan diperoleh
seseorang itu, tergantung apa yang diniatkannya” (HR.Bukhari- Muslim).
Dari firman
Allah dan sabda Rasulullah ini, hadirin sekalian, mengharuskan kita agar segala
yang kita inginkan dalam bentuk cita-cita ini, hendaknya disisipkan niat yang
mantap, usaha yang gigih dan konsentrasi yang penuh, dalam upaya mewujudkannya.
Marilah kita tanamkan dalam diri kita masing-masing semangat juang dan disiplin
yang tinggi, yaitu kepatuhan yang didasari atas kesadaran diri yang mendalam untuk
melakukan tindakan dan usaha dalam meraih cita-cita, dengan suatu keyakinan
bahwa hari esok harus lebih baik dari pada hari ini. Sebagaimana firman Allah:
وَلَلْأَ
خِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْاُولَى
“Dan
hari esok (masa depan) itu lebih baik dan utama daripada hari ini (sekarang)”
(QS. Adh-Dhuha ayat 4).
Itulah
harapan, itulah keinginan dan itulah cita-cita. Kalau tidak karena adanya suatu
harapan dan keinginan, maka mustahil seseorang mau berusaha untuk meraih
cita-citanya.
Saudara-saudariku yang dirahmati Allah
Dalam
upaya meraih cita-cita ini, ada baiknya jika kita meneladani semangat juang
yang dimiliki oleh para pahlawan, dimana umumnya mereka tidak mengenal putus
asa di dalam memperjuangkan apa yang menjadi cita-citanya dan
cita-citabangsanya. Para pahlawan di dalam memperjuangkan cita-citanya, tidak
mengenal lelah dan tidak kenal kata menyerah apalagi putus asa, karena mereka
mempunyai harapan yang besar bahwa suatu saat apa yang mereka cita citakan
pasti akan berhasil, sehingga kehidupan mereka dan anak cucu mereka kelak akan
lebih baik daripada kehidupan sekarang. Kalaulah mereka sudah putus asa,
tentulah mereka akan mundur teratur dan menghentikan perjuangan, atau menyerah
begitu saja. Begitukah sikap mental pahlawan sejati?. Tidak, tentu saja tidak.
Siapapun dia, yang namanya pahlawan, atau orang yang diberi gelar pahlawan,
bagaimanapun ia akan selalu konsekuen pada cita-cita yang luhur dari
perjuangannya dan perjuangan bangsanya, kendatipun ditebus dengan darah dan air
mata. “Merdeka atau mati!!!”, Haram manyarah, waja sampai ka puting”
demikian semboyan mereka.
Saudara-saudariku yang dirahmati Allah
Mampukah
kita mengikuti jejak para pahlawan ini? Entahlah. Yang jelas, mungkin tidak
bisa kita pungkiri, bahwa tidak sedikit diantara kita yang setelah melakukan
usaha dan ikhtiar yang gigih dalam upaya meraih cita-cita, namun ketika mendapat
halangan dan rintangan, usahanya tiba-tiba menjadi kendur, patah semangat dan
akhirnya bersaranglah penyakit pesimistis dalam dirinya, sehingga semakin
jauhlah ia dari cita-citanya. Kenapa Mungkin ini dikarenakan kebanyakan kita kurang
sabar, kurang tabah dan tidak berjiwa besar dalam menghadapi segala kemungkinan
yang terjadi. Seandainya kita mau bersabar sedikit saja, dan mencoba berjiwa
besar, sembari menyingkirkan segala kendala, rintangan dan halangan sedikit demi
sedikit, pasti segala halangan dan rintangan itu akan hilang dan akan tersisih
dengan sendirinya.
Saudara-saudariku yang dirahmati Allah
Orang
yang berjiwa besar senantiasa bangun seketika ia terjatuh. Kejatuhan yang
pertama dijadikannya bekal dan cermin untuk melangkah selanjutnya. Ingatlah
nasehat Buya HAMKA, “Janganlah takut menghadapi suatu kegagalan, karena
dengan kegagalan itu kita akan dapat beroleh pengetahuan tentang segi-segi
kelemahan atau kekuatan diri kita. Yang ditakuti adalah gagal dua kali
pada suatu hal yang serupa”.
Kata bang H.
Oma Irama, “Jangan kehilangan tongkat dua kali”. Kenapa? Karena
kalau kita mengalami kegagalan dua kali dalam hal yang sama, artinya kita tidak
menjadikan pengalaman yang berharga dari kegagalan kita yang pertama, yang
seyogyanya kita lebih berhati-hati dan penuh perhitungan untuk melangkah
berikutnya.
Kemudian kata
buya HAMKA pula, “Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah
memanjatlah yang tak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah
gagal hanyalah orang yang tidak pernah mencoba melangkah. Jangan takut
salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah
pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang ke
dua”.
Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah SWT. agar diberikan
kekuatan dan ketabahan di dalam memperjuangkan segala cita-cita yang kita
inginkan. Semoga Allah selalu menyertai kita dan memberikan pertolongan-Nya
dalam upaya kita untuk meraih cita-cita. Amin.

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus